Gelap kian mesra memeluk malam, pekatpun menyelimuti, dingin yang sampai ke tulang sumsum makin menghunjam. Gerimis turun perlahan seolah pertanda kalau wajah langit sedang muram. Angin mengesek gesek daun bagai biola mengiringi jengkrik yang memainkan simfoni. Acara ritual telah selesai aku mulai berjalan menuju keranda itu. Sebuah peti mati berwarna putih telah diusung, tulisan berlapis emas tertera di atasnya " CINTA ", aku membuang pandanganku tak sanggup berlama-lama menatap tulisan itu. Rombongan itupun berangkat di malam yang buta, aku mengikuti dari belakang perasaanku tak menentu, satu bagian dari diriku tak bisa menahan kesakitan yang amat sangat, sementara bagian diriku yang lainnya berteriak kegirangan, sekarang waktunya kemenangan bagi aqidahmu ( begitu bisiknya pada telingaku ).
Tapi tak kusangka air mataku tak terbendung jua, bahkan lebih deras dari air hujan di malam itu. prosesi pemakaman selesai juga, aku sengaja menjauh kubiarkan serdadu waktu yang menyelesaikan pekerjaannya, bahkan aku tak menghibahkan doa sedikitpun, pilihan itu adalah keputusanmu , sedangkan aku hanya berjalan mengikuti setiap titah titah sang Raja penguasa jiwaku………………………………………………,
Aku tak mau menyalahkan diriku seperti aku juga tak mau menyudutkanmu, skenario sudah berjalan dengan sangat sempurna sehingga kita yang sedikitpun tiada berkuasa merasa mampu melakukan apapun………………………………..
Translator/terjemahan
Selasa, 13 Januari 2009
Di pekuburan Cinta ( PUTUS …..)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar