Translator/terjemahan

Sabtu, 21 Maret 2009

DUA LELAKI TUA DATANG BERTAMU

Dua orang lelaki mendatangiku, wajahnya sudah tua umurnya kutaksir sekitar tujuh pulu lima tahun. Kumis dan janggutnya sudah memutih sinar wajahnya sangat mirip dengan sinar bulan pada malam 12 rabiul awal kemarin. Sangat manis dan menyejukkan menatap matanya aku bagaikan berada di taman yang sangat rindang dengan semerbak wangi bunga di sekelilingku. "Akh aku lagi di kantor, bukan di sebuah Taman",aku mencoba membangunkan diriku sendiri yang seolah tersihir oleh kehadiran dua makhluk yang wangi tubuhnya sangat semerbak ini.
Salah satu diantara mereka memakai jubah putih yang satunya lagi mengenakan jubah hitam. Serempak mereka menyapaku dengan salam dan aku membalasnya dengan salam pula tak lupa kusertakan setangkai senyum. Tapi senyumku pasti kurang manis karena Hatiku sedang didera pertanyaan.
Siapa gerangan orang orang mulia ini dan apa maksudnya mengunjungiku," gumamku dalam Hati".
Tapi rupanya mereka mengerti akan tanyaku. Karena mereka mengangguk dan tersenyum dan entah mengapa beberapa baris kalimat yang mereka ucapkan bisa aku dengar padahal sedikitpun bibir mereka tidak bergetar.
Tiba tiba manusia di depanku ini mengecil sampai sebesar jari jari tanganku. kemudian mereka terbang kearahku , yang berbaju putih bergelantungan pada ibu jariku sementara yang berjubah hitam memeluk jari telunjukku.
" Hai manusia kami tidaklah mengecil, tapi kamu selalu lebih besar daripada yang kau inginkan apa kau mengerti itu?" Yang berbaju putih rupanya sedang bertanya padaku
"Aku tidak mengerti", jawabku kebingungan.
" Bersikaplah jujur dan terbuka , Tumpahkanlah Perasaanmu agar semua tau siapa dirimu, agar semua tau bahwa Khalifah itu adalah manusiamu ".
Aku hanya terdiam dan malah bertambah bingung.
" Jangan , … Jangan lakukan itu …Sembunyikanlah siapa dirimu, Karena mereka tidak akan sanggup mengenalimu sebagaimana kamu mengenali dirimu sendiri, Sungguh mereka akan tertipu pada hinanya tubuh yang kamu tumpangi, Berbohonglah saja …………" Rupanya yang berjubah hitam ikut bersuara.
Tapi aku malah semakin bingung…………………………


Selengkapnya...

Kamis, 19 Maret 2009

SEHELAI PUISI CINTA YANG NYARIS KOYAK


Aku Cuma bisa menatapi kertas lusuh yang nyaris koyak itu.Huruf demi huruf tulisan tanganku dan tulisan tanganmu ,Menyatu menjadi kata kemudian terjalin menjadi kalimat
lalu tercipta menjadi rangkaian puisi hidup yang teramat indah.
Banyak sudah kisah tentang tawa kita lewati, pun perihnya duka yang menghadang terlampaui, membuat kita sangat bangga pada buah karya itu dan memastikan semua hati pasti akan iri saat membaca jalinan kisah kita yang di penuhi wangi semerbak.
meski kita menyadari tinta yang kita gunakan adalah tinta hitam kertasnya tetaplah kertas putih perlambang cinta nan suci, buktinya adalah begitu perkasanya ruang dan waktu melindungi kita dari fitnah yang setiap saat ingin ikut membubuhkan tinta tinta merahnya yang berintikan bara api…………..
Mungkin …. baru separuh perjalanan kita lalui tapi teramat banyak angkuh
yang telah kita tundukkan, kitapun segera mengawinkan asa , agar terlahir karya sempurna.
Namun puisi hidup tak bisa terduga kemana ujungnya.Tak kusangka dengan hanya setitik dusta yang kau tuliskan, mampu menutup semua pintu kejujuran.
dan imaji kita terhenti………Tinta hitam kini menjadi bening. Sebening air mata kita yang membanjir. Kini … Tak ada jejak hitam yang bisa terbaca lagi, Kecuali Kebeningan yang pernah kau puja itu. Melumuri Putihnya segala itikad kita.
Kertas putih …..berisi wangi puisi itu….. kini lusuh….Basah…………
dan kita Cuma bisa …mengerang ketakutan……..
karena sungguh…… tiupan angin sepoi sepoipun
kan mampu mencabik cabiknya…….



Selengkapnya...

Senin, 16 Maret 2009

Selamat Malam Bulanku Part II ( Tarian Terakhir )


Akhirnya Rembulanku datang dengan wajah yang sangat manis, dan janji itu tunailah sudah. Tiga belas hari dia menemaniku dengan setia melewati malam dengan penuh warna warni. Wajah yang teramat manis mungkin sengaja kau tunjukkan karena malam hari ini adalah malam empat belas rabiul awal dimana malam ini adalah malam terakhirmu Datang ke bumi hanya untukku.
Aku Cuma bisa tertawa renyah dianugerahi kesempatan untuk mengenalmu bukan hanya sekedar mengagumimu seperti pada masa masa lalu. Kita lalu bersama sama menghitung waktu detik demi detik. Dan meski malam belum sampai keujung perjalanannya, kita memilih untuk berpisah. Besok sudah pasti engkau akan datang lagi tapi aku tidak akan mengajakmu lagi menari bersama di atas telapak tangan kiriku. Aku pasti tau diri Bahwa besok dan seterusnya kamu bukan lagi datang untukku.
Meski begitu kehadiranmu selama empat belas malam tahun ini akan menjadi salah satu episode terindah dalam hidupku, pemahaman tentang indahnya langit di malam hari yang kamu tanamkan dalam jiwaku akan tetap abadi selamanya.
"Rembulanku ……. Tahun depan pada bulan Rabiul awal, aku tetap menunggumu……", Gumamku dalam hati .


Selengkapnya...