Translator/terjemahan

Sabtu, 28 Maret 2009

PERJALANAN MENUJU LANGIT Part II


Aku tidak mengarahkan kendaraanku langsung keistana, rasa lapar yang menyengat memaksaku untuk singgah sejenak di sebuah warung. Aku memesan makanan yang tidak biasanya aku makan. Semenjak berpisah dengan kekasih hatiku aku jarang makan di warung dengan menu kesukaanku. Itu karena setiap aku menatap makanan kesukaanku aku langsung teringat pada kekasih yang menghianatiku, dan itu membuat perutku mual dan serasa ingin muntah. Entah perasaan cinta macam apa yang kumiliki sehingga bisa sedahsyat ini, aku pernah menanyakannya pada Sang Raja yang kuanggap sebagai guruku, tapi dia hanya bilang kalau kejadian itu adalah ujian dan itu belum seberapa, akan datang ujian yang jauh lebih hebat lagi, karenanya masalah itu jangan di sesalkan siapkan saja amunisi yang lebih banyak untuk masuk ke dalam perang yang sesungguhnya, Beliau juga selalu bilang jika suatu saat ada angin taufan yang bertiup sangat kencang , maka sebagian besar pohon akan tumbang, tapi ada satu dua pohon yang tetap bertahan dengan kokohnya dan salah satunya adalah kamu.Tak berapa lama setelah aku duduk sepiring nasi campurpun siap tersaji, Rasa lapar tak lagi bisa di ajak berdamai dan aku segera melahap makanan di depanku…….
namun ada sesuatu yang menahanku untuk mempercepat laju makanan masuk ke dalam lambungku ……….. harmonika….
Yach suara harmonika itu bagai sembilu tajam mengiris iris batinku, suara itu berasal seorang pengamen yang jaraknya kira kira tiga meter dariku……
. ……………………………………………………
Pernah kita sama sama susah…..
Terperangkap di dingin malam…..
Terjerumus dalam lubang jalanan…..
Di gilas kaki sang waktu yang sombong……
Terjerat mimpi yang indah lelah…………..
Suara lantang pengamen itu menyatu dengan petikan klasik gitarnya, rupanya dia tidak tahu kalau dia sedang mengacak acak perasaan seorang pendengarnya. Selera makanku tiba tiba raib entah kemana, Lagu Iwan fals yang di lantungkan oleh pengamen itu mengingatkanku pada seseorang dan………….akh… dadaku sesak…………
Aku memang sangat suka dengan Iwan fals, tapi lagu ini ….. mungkin baru kali ini terdengar istimewah di telingaku. Di satu sisi hatiku seperti di hujani ribuan belati, di sisi lain aku berusaha menikmati live show ini. Pengamen itu bernyanyi dan bermusik dengan sepenuh hati sehingga terdengar sangat asyik,mungkin inilah yang dimaksud Cobain (Alm. Vokalis Nirvana) bernyanyi bukan dengan kerongkongan tapi dengan hati. Akh…., aku segera berdiri meski makananku belum habis, duduk lebih lama di sini bisa berbahaya karena mataku mulai berkaca kaca.
Aku membayar makananku, kemudian kembaliaanya kuberikan pada pengamen itu, seperti di kejar sesuatu aku dengan cepat naik kemesin waktuku. Entahlah kenapa aku jadi seperti sangat ketakutan mendengar lanjutan lagu dari pengamen itu…………..
……………………………..
Sementara hari terus berganti…….
Engkau pergi………
Dengan dendam membara …….
Di hati……….
……………….
Namun akhir lagu itu terdengar juga meski sudah sayup sayup tapi masih sangat jelas, Dan Suara harmonika pada akhir lagu itu betul betul hanya mengejekku, ………..AKH……………..aku kembali memegangi dadaku.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar